Minggu, 29 September 2013

Arti Persahabatan


Bagiku arti persahabatan adalah teman bermain dan bergembira. Aku juga sering berdebat saat berbeda pendapat. Anehnya, semakin besar perbedaan itu, aku semakin suka. Aku belajar banyak hal. Tapi ada suatu kisah yang membuat aku berpendapat berbeda tentang arti persahabatan.
Saat itu, papa mamaku berlibur ke Bali dan aku sendirian. “Hahaha !” aku tertawa sambil membaca. “Beni! Katanya mau cari referensi tugas kimia, malah baca komik. Ini aku menemukan buku dari rak sebelah, mau pinjam tidak ? Kamu bawa kartu kan ? Pokoknya besok Kamis, semua tugas kelompok harus selesai. Asal kita kerjakan malam ini. Yuhuu .... setelah itu bebas tugas. Playstation !” jelas Judi dengan nada nyaring.
Judi orang yang simpel, punya banyak akal, tapi banyak yang gagal, hehehe.. Dari kelas 1 SMA sampai sekarang duduk di kelas 2, aku sering sekelompok, beda lagi kalu masalah bermain Playstation, Judi jagoannya. Rasanya seperti dia sudah tau apa yang bakal terjadi di permainan itu. Tapi entah kenapa, sekalipun sebenarnya aku kurang suka main Playstation, gara-gara Judi, aku jadi suka main game.
Sahabatku yang kedua adalah Bang Jon, nama sebenarnya Jonathan. Bang Jon pemberani, badannya besar karena sehari bisa makan 5 sampai 6 kali. Sebentar lagi pasti datang. Nah, sudah ku duga dia datang ke sini.
“Kamu gak malu pakai kacamata hitam itu ?” Tanyaku pada Bang Jon yang baru masuk perpustakaan. Sudah 4 hari dia sakit mata, tapi pagi rasanya dia sudah sembuh. Tapi kacamata hitamnya masih dipakai. Aku heran, orang ini benar-benar kelewatan pedenya. Aku semakin merasa unik dikelilingi 2 sahabat yang over dosis pada berbagai hal.
Kami pulang bersama berjalan kaki, rumah kami dekat dengan sekolah, Bang Jon dan Judi juga teman 1 komplek perumahan. Saat pulang dari sekolah terjadi sesuatu. Kataku dalam hati sambil lihat dari kejauhan “(Eh, itu .....)”
“Aku sangat kenal dengan rumahku sendiri...” aku mulai ketakutan saat seseorang asing bermobil terlihat masuk rumahku diam-diam. Karena semakin ketakutannya, aku tidak berani pulang ke rumah. “Ohh iya itu !” Judi dan bang Jon setuju denganku. Judi melihatku seksama, ia tahu kalau aku takut berkelahi. Aku melihat Judi seperti sedang berpikir tentangku dan merencanakan sesuatu.
“Oke, Beni-kamu pergi segera beritahu satpam sekarang. Aku dan Bang Jon akan pergoki mereka lewat depan dan teriak... maling ! Pasti tetangga keluar semua.” Bisikan Judi terdengar membuatku ketakutan
Karena semakin ketakutan, terasa seperti sesak sekali bernafas tidak bisa terucapkan kata apapun dari mulut. “......Beni, ayo ....satpam.” Judi membisikku lagi.
Aku segera lari ke pos satpam yang ada di ujung jalan dekat gapura, tidak terpikirkan lagi dengan apa yang terjadi dengan 2 sahabatku. Pak satpam panik mendengar ceritaku. Ia segera memberitahu petugas lainnya untuk segera datang menangkap maling di rumahku. Aku kembali ke rumah dibonceng petugas dengan motornya. Sekitar 4 menit lamanya saat aku pergi ke pos satpam dan kembali ke rumahku.
“Ya Tuhan !” kaget sekali melihat seorang petugas satpam lain yang datang lebih awal daripada aku saat itu sedang mengolesi tisu ke hidung Bang Jon yang berdarah. Terlihat juga tangan Judi yang luka seperti kena pukul. Satpam langsung menelepon polisi akibat pencurian ini.
“Jangan khawatir.. hehehe.... Kita bertiga berhasil menggagalkan mereka. Tadi saat kami teriak maling ! Ternyata tidak ada tetangga yang keluar rumah. Alhasil, maling itu terbirit-birit keluar dan berpapasan denganku. Ya akhirnya kena pukul deh ...... Judi juga kena serempet mobil mereka yang terburu-buru pergi. “ jawab Bang Jon dengan tenang dan pedenya. Kemudian Judi membalas perkataan Bang Jon “Rumahmu aman, kita memergoki mereka saat awal-awal, jadi tidak sempat ambil barang rumahmu.”
Singkat cerita, aku mengobati mereka berdua. Mama Judi dan Bang Jon datang ke rumahku dan kami menjelaskan apa yang terjadi. Anehnya, peristiwa adanya maling ini seperti tidak pernah terjadi.
“Hahaha” Judi malah tertawa dan melanjutkan bercerita tentang tokoh kesayangannya saat main Playstation. Sedangkan, Bang Jon bercerita kalau dia masih sempat-sempatnya menyelamatkan kacamata hitamnya sesaat sebelum hidungnya kena pukul. Bagaiman caranya ? Aku juga kurang paham. Bang Jon kurang jelas saat bercerita pengalamannya itu.
“Hahaha” Aku tertawa dalam hati karena mereka berdua memberikan pelajaran berarti bagiku. Aku tidak mungkin menangisi mereka, malu dong sama Bang Jon dan Judi. Tapi ada pelajaran yang kupetik dari 2 sahabatku ini.

Arti persahabatan bukan cuma teman bermain dan bersenang-senang. Mereka lebih mengerti ketakuta dan kelemahan dirikiu. Judi dan Bang Jon adalah sahabat terbaikku. Pikirku, tidak ada orang rela mengorbankan nyawanya jika bukan untuk sahabatnya.

0 Comments:

Post a Comment



By :
Free Blog Templates